Written at 3/18/2011 07:43:00 PM on Jumat, 18 Maret 2011 | Here for Comment / 0Thx :)/ +FOLLOW
We clutter the earth with our inventions, never dreaming that possibly they are unnecessary - or disadvantageous. We devise astounding means of communication, but do we communicate with one another? We move our bodies to and from at incredible speeds, but do we really leave the spot we started from? Mentally, morally, spiritually, we are fettered. What have we achieved in mowing down mountain ranges, harnessing the energy of mighty rivers, or moving whole populations about like chess pieces, if we ourselves remain the same restless, miserable, frustrated creatures we were before? To call such activity progress is utter delusion. We may succeed in altering the face of the earth until it is unrecognizable even to the Creator, but if we are unaffected wherein lies the meaning?”
Kita menyesakkan bumi dengan penemuan-penemuan kita, Tanpa pernah memikirkan bahwa mungkin saja penemuan2 tersebut tidak penting - atau tidak berguna. Kita merencanakan sebuah arti tentang komunikasi, tapi apakah benar kita berkomunikasi satu sama lain? Kita bergerak dari satu titik ke titik yang lain dengan kecepatan yang mengagumkan, tapi apakah kita memang benar telah bergerak dari titik sebelumnya? Secara mental, moral dan spiritual kita terbelenggu. Apakah yang telah kita capai dari memangkas habis pegunungan, membendung energi derasnya aliran sungai, atau memindahkan populasi manusia, seperti memindahkan bidak catur, apabila kita tetap menjadi mahluk yang kelelahan, merana dan frustasi seperti sebelumnya? Menyebut hal diatas sebuah kemajuan adalah suatu delusi yg absolut. Kita boleh jadi berhasil dalam merubah wajah dunia sampai-sampai sang pencipta tidak mampu mengenalinya lagi, tapi apabila kita yang berada didalamnya tetap tidak terpengaruh, lalu apa gunanya?