Well, for me, it is. Kenapa? 
Karena semua teknologi dan kemajuan zaman yang ada buat saya malah memposisikan kita di area abu-abu.

Basically, Religion is one things that keep us on track. Especially those who 'gifted' with one since they were born.
Along our age, as we grow culture taking it's part. Saya pernah berpikir bahwa pada akhirnya , yang namanya kebudayaan (terutama di negara tercinta ini) lama kelamaan cuma jadi wacana. Ketika saya sadar, perlahan-lahan orang-orang akan lupa dan akhirnya culture, cuma jadi sejarah. Ternyata tanpa sadar, 'kebudayaan' banyak ambil peran dalam hidup saya. dalam hidup seorang wanita di Asia. 


It shaped our views, It shaped our personalities, It shaped ourselves. Ini hal lain yang saya pelajari when i went for Ukraine. Dan tanpa saya sadar, kebudayaan gak cuma jadi suatu garis batas, pada tahap tertentu, budaya menjadi sebuah ikatan. Ikatan dan komitmen akan tanggungjawab dan norma.
And being caught within it is what i called, galau.


Then, come along technology. 
We suck up television, movies, Internet, everything. 


"We can't always believe everything what we hear, everything what we saw, everything that we read"


Tanpa sadar, banyak hal yang kita lihat, kita dengar, kita baca, menjadi kebenaran baru. We perceive it as truth and forget that there's no absolute truth.
dan pada akhirnya, kembali lagi pada pertanyaan semula. What we really want in our life?
Dan the Big Question ini, pada usia-usia tertentu akan lebih sering muncul di kepala daripada sebelumnya. And no matter how much movie we watched, how many books we read, it's would not given you much satisfaction. Nor answers.


Sometimes i wonder, is it just me? Does everyone happen to be in these phase? Or is it just me who emphasize a thought?


Pada akhirnya, buat saya, jawabannya kembali ke sesuatu yang klasik. Akal dan kata hati. 2 hal yang ternyata underrated.

Semoga kita bisa menemukan apa yang paling kita inginkan dalam hidup. A peace of mind, and a peace in heart. :)

Label: thoughtless thought