Blitar, Kota Patria.
Kota kecil ini yang selalu saya datangi tiap tahun. Setiap Idul fitri. Dan setiap tahunnya gak banyak berubah, entah jadi sesuatu yang disesali atau malah kebangan tersendiri.
Bicara soal makanan, mungkin tidak seberagam kota-kota besar lain. Tapi sedari kecil ada satu makanan yang sampai sekarang saya gak bisa lupakan. Walaupun pemiliknya udah berubah generasi, walaupun tempatnya sudah berpindah, walaupun sekarang ada penjual KW-annya, tetep saya mencari makanan ini setiap mudik.
Namanya Soto Kerincing.(lagi-lagi ini saya yang kasih nama, karena jangankan plang nama. Tempatpun gak ada.) Soto ini berlokasi dipinggir jalan, pertigaan sebelum perempatan besar Jl. Merdeka. Dulu lokasinya masih di jalur pejalan kaki, di depan Sebuah Bank. Sekarang sih sepertinya udah pindah.
Penjualnya mangkal dari magrib hingga larut malam, sekitar jam 11 . Tergolong larut untuk ukura kota kecil yang jam 9 malam penduduknya sudah bersiap-siap tidur. Penjualnya gak pake gerobak. Bapak ini masih menggunakan panggulan. Jadi dia duduk diantara 2 panggulannya, yang sebelah kiri tempat dia meletakkan mangkuk-mangkuk berukuran kecil (sekecil mangkuk untuk nasi di Jepang) dan bumbu-bumbu yang diperlukan buat soto, termasuk kecap kerincing magisnya.
Sementara yang disebelah kanan adalah wajan besar untuk meletetakkan kuah sotonya. Dan cara si Bapak meramu buat saya menarik sekali.
Suara mangkuk yang berdentang bertabrakan, suara adukan di panci kuah, suara centong yang menabrak dinding panci dan bibir mangkuk, dan yang terakhir, setiap dia mengangkat botol kecap yang digantung di tepian panggulan akan muncul bunyi bergemerincing sekali, lalu ditambah kerincing pendek berkali-kali setiap dia menuangkan kecap ke dalam mangkuk-mangkuk tersebut.
Cring! Cring, crin cring..
Menunya padahal sederhana. Soto ayam/ Soto Daging/ Campur. Pakai Nasi atau Lontong. Nasi sama lontong ini langsung dicampur jadi satu sama sotonya.
Bisa pilih juga mau yang tak pedas, sedeng atau pedas.
Dengan tempat yang seadanya di emperan yang dikasih terpal, penerangan dari lilin, dan suara kerincing yang bergema secara kontinu, bagi saya Soto Kerincing ini adalah detail cantik dari memori masa kecil saya akan Blitar.
Buat saya dulu, si pembuat pastilah menggunakan semacam jin/aji2-an karena tidak pernah sepi pelanggan, pelanggannya selalu nambah dan setiap dia meracik, dia hanya ditemani cahaya redup dari lilin. Magis bangetlah moemnnya. Dan waktu saya nanya sama ayah saya, yang gak pernah absen pergi kesini tiap malam, perihal kerincingan tersebut jawaban ayah saya yang memang iseng " ya itu disitu jinnya. kalo gak pake itu, ga enak."
Sampai sekarang, saya percaya gak percaya. Gak mau tau juga sih.
Something are better left unsaid.
Jakarta, 11.43Label: 30daysofwriting, G30HM